![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLczUag7FzaO30oAnnTRUAVs1KIQtcCNJWxWdRDiaZ7OeJDTSqQ6jFIQrPiaOurtVs2i3glt2GTTPKy3iLBwu1p-KqnFENdiyez8F4ZT3KOWHDpKGdPooFZmx__SlWhtelpX4aDhVex6TA/s320/ilustrasi-nb-ibrahim-ismail.jpg)
Bermula dari mimpi Nabi Ibrahim menerima perintah dari Allah untuk menyembelih
anaknya. Karena mimpi itu berulang, ia percaya bahwa mimpinya adalah mimpi yang benar. Maka iapun menawarkan kepada putranya Ismail. Yang terangkum dalam dialog berikut ini "... Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu (Ismail), maka fikirkanlah apa pendapatmu ..?" (QS Ash
Shaaffaat: 102).
Mendengar perintah ayahnya, dengan keyakinan dan ketulusan hati Ismail
menjawab dengan hormat, “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan
kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar” (QS Ash Shaaffaat: 102). Kemudian Ibraham mengambil Ismail ke tempat yang
tenang di Mina. Sebelum pembantaian dimulai, Ismail mengajukan tiga permintaan,
yaitu (1) sebelum ia disembelih terlebih dahulu Ibrahim harus mengasah pisau (dengan
tajam) sehingga dia meninggal dengan cepat dan tidak ada belas kasihan lagi
atau penyesalan yang muncul dari ayahnya, (2) ketika menyembelih, wajah Ismaill
harus ditutup agar tidak timbul keraguan dalam hatinya, (3) jika penyembelihan telah
selesai, pakaiannya yang berlumur darah dibawa kepada ibunya, sebagai saksi
qurban telah dilaksanakan.
Ismailpun segera dibaringkan dan Ibrahim
segera menyiapkan pisau dan mengarahkan ke
lehernya. Tapi Allah mengganti Ismail dengan domba yang besar (QS Ash
Shaaffaat: 102). Inilah bukti ketaatan nyata dan
kesabaran Ibraham dan Ismail.
peristiwa ini kemudian diabadikan oleh Allah untuk menjadi dasar ibadah qurban dan sampai sekarang dilakukan oleh setiap muslim yang mampu.
Post a Comment