0
Di satu pagi d sudut selatan kota sleman jogjakarta, aktifitas berlangsung seperti biasa. Begitu pula aku, aktifitas mengantarkan anakku yg masih duduk di pra SD. 10KM kurang lebih dari rumah ke sekolah anakku.
Di ujung perjalanan tiba-tiba akuelihat pemandangan yg kurang biasa. Ku melihat seorang penjual mainan tradisional keliling sudah mangkal (standby) di pinggir jalan, tanyaku mengapa? Ingin kuhentikan laju motorku tapi tanggung fikirku. Kulanjutkan lajuku untuk mengantarkan anakku terlebih dahulu.
Senyum kecilnya meyakinkanku untuk kutinggalkan setelah ia bersalaman dengan bapak ibu guru piket d gerbang sekolah dengan lambain dan ucapan pagiku "Shaka...sekolah yang....? Senang! Jawabnya.
kunyalakan motorku, kulihat jam, masih ada waktu untuk menghampiri pak tua yang mengganggu pikiranku sebelum ke rumah keduaku.
Kini kusudah dihadapanya, kulepaskan helmku sembari kulemparkan senyum sapaku padanya, wajahnya sdah keriput dengan tatapan kosongku. Kulemparkan sapaku padanya "mpun (sudah) sarapan pak? "Mangki mawon rodo awan mas (nanti saja agak siang mas)" kumulai mendekatinya dengan pertanyaan pembukaku. "Kok pagi sekali pak, sudah keliling sampai daerah sini? Tinggal dimana pak? "Gunungkidul" tandasnya. Hasil obrolan singkat itu adalah, bahwa pak Paino ini di jogja tinggal dari masjid ke masjid, setiap 3 hari pulang dengan berapapun hasil yg didapat dengan menbawa paket jualan permainan tradisional yg terdiri dari gasing, kitiran, Seruling dll. Pak paino ini pengrajin dam memasarkan sendiri. 

Pesan Moral: berapapun nilai yang kita dapat, tugas kita adalah berikhtiar dan Allah tidak akan diam, pasti memberikan rizkinya bagi mereka yang berjuang

Post a Comment

 
Top