
Cinta dan ketulusan untuk menolong orang lain mampu mengalahkan rintangan yang dihadapi. Dua perempuan hebat yang hadir dalam Kick Andy
On Location kali ini membuktikannya. Cinta dan ketulusan yang dimiliki
Eko Setiyo Asih dan Utiyah memberi kesembuhan pada orang-orang yang
ditolongnya.
Eko Setiyo Asih mendirikan Sekolah Luar Biasa (SLB) Anugerah gratis pada
tahun 2005 bagi anak-anak berkebutuhan khusus dari keluarga tidak
mampu. Awalnya Eko merasa iba dengan banyaknya anak berkebutuhan khusus
(ABK) usia sekolah yang dibiarkan oleh orang tuanya. Kebanyakan orang
tua yang mempunyai kesulitan ekonomi tidak mampu menyekolahkan anaknya
di sekolah luar biasa (SLB) atau ketidakpahaman orang tua terhadap
kondisi anaknya. Eko tergerak untuk mengajak beberapa anak berkebutuhan
khusus ke rumahnya yang berada di Tohudan, Colomadu, Karanganyar, Jawa
Tengah untuk diajari.
Dari awalnya hanya tiga orang anak, jumlah muridnya makin bertambah dan
kini SLB Anugerah mendidik 38 anak. Eko tidak pernah menarik biaya
kepada orang tua murid. Bahkan sekolah menyediakan hampir semua
kebutuhan anak-anak dari mulai buku, alat tulis, seragam hingga makan
siang. Untuk biaya opersional sekolah, Eko menggunakan uang pribadinya
dari gajinya sebagai guru honorer dan dari beberapa donatur. Eko juga
dibantu 10 guru yang semuanya relawan alias tidak dibayar. Eko juga
menampung empat orang anak berkebutuhan khusus di rumahnya. Anak-anak
yang belajar di SLB maupun yang tinggal bersamanya dianggap sebagai
anaknya sendiri. Ia juga dapat menerapi anak-anak bekebutuhan khusus
dengan cara memijat.
Sedang Utiyah (46) warga Dusun Jurutengah, Desa Erorejo, Kecamatan
Wadaslintang, Wonosobo, Jawa Tengah menampung dan merawat orang-orang
yang mengalami gangguan kejiwaan. Lebih istimewa lagi, Utiyah merawat
orang gila tanpa digaji, dan bagi penderita yang tak mampu bahkan tak
dipungut biaya. Keikhlasan dan semangat ingin membantu kesembuhan
orang-orang yang “terpinggirkan”, membuat istri Hamid Mustaqim itu rela
menjadikan rumah pribadinya sebagai penampungan bagi orang-orang yang
mengalami gangguan kejiwaan.
Utiyah melakukan kegiatan ini sejak tahun 2003. Panti rehabiltasi di
rumah Utiyah ini diberi nama Dzikrul Ghoflin. Kini di panti Dzikrul
Ghofilin dihuni 85 pasien yang datang bukan hanya dari Wonosobo saja,
namun dari berbagai daerah di Jawa Tengah, bahkan ada juga yang dari
luar pulau Jawa. Untuk membiayai pantinya, Utiyah menggunakan gajinya
sebagai guru agama di SD Erorejo, selain dari sejumlah donatur tidak
tetap.
Metode yang digunakan Utiyah cukup unik. Orang yang mengalami gangguan
kejiwaan yang datang, diberikan perawatan berupa terapi pijat dan diajak
berdzikir ketika kondisi sudah lebih tenang.
Sumber : kickandy.com
Post a Comment